Banyak berita derita yang muncul dari TKI. Mulai dari legalitas, penganiaan, pemerkosaan, trafficking, sampai kematian. Tetapi yang namanya mengais rejeki, tetap saja menjadi TKI telah menjadi harapan besar bagi banyak perempuan di tanah air. Pengiriman TKI terus mengalir deras. Dari catatan pemerintah, tahun 2010 saja total penempatan TKI baik formal maupun informal sebanyak 860.086 orang, sedangkan tahun 2011 jumlah penempatan hanya sebanyak 581.081 orang.
Untuk Jawa Barat sendiri, data BNP2TKI menyebutkan jumlah TKI asal Jabar pada 2009 sebanyak 31.277 orang, tahun 2010 ada 48.493 orang, dan tahun 2011 ada 59.213 orang. Sementara dari total keberangkatan TKI, Jawa Barat merupakan pemasok tertinggi. Berdasarkan data BNP2TKI per Maret 2011, Kabupaten Indramayu mengirim sebanyak 39.000 TKI, Kabupaten Cianjur 37.000 TKI, Kabupaten Cirebon 27.000 TKI, Sukabumi 25.000 TKI, dan Karawang sebanyak 24.000 TKI.
Dan memang akhirnya teori demand and supply juga dialami oleh TKI Jawa Barat, dimana pemasok paling besar juga banyak mengalami kasus. Karena misalnya di tahun 2011, ada 146 kasus penganiaan, diantaranya 16 TKI meninggal dunia (www.bisnis.com).
Lalu bagaimana dengan TKI yang dipasok dari Bogor? Jika kita lihat Kabupaten Bogor, dari 1 juta penduduk miskinnya, 300 ribu orang pengangguran, tetapi hanya ada 71.000 pencari kerja yang melaporkan ke Disnakertrans. Artinya, tidak ada catatan resmi soal calon TKI asal Bogor. Hal ini dimungkinkan calon-calon TKI Bogor telah terekrut di Jakarta atau di luar Bogor sendiri.
Surni, Aas, Nani, atau Atikah sama seperti TKI lainnya, yaitu mencoba mencari rejeki meski jauh di negeri orang. Namun tentu nasib tenaga kerja asal Bogor ini hasilnya berbeda, tidak sesuai dengan harapan.
ilustrasi |
Kali ini tentang TKI yang meningal di Malaysia tahun 2009. Kejadian ini menimpa pada Atikah Manaf, seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kampung Luwi Jati, Desa Suka Negara, Jonggol, Bogor, tewas secara misterius saat bekerja di Malaysia (indosiar.com).
Belum diketahui persis penyebab kematian korban. Pihak keluarga menyangsikan laporan polisi Diraja Malaysia yang menyebutkan korban meninggal akibat pendarahan hebat di saat ia tengah mengandung dua bulan, sehingga mengalami keguguran. Saat dalam perjalanan ke Rumah Sakit An Nur Bandar Baru, Selangor itulah Atikah (32) tewas. Jelas, berita ini membuat warga Kampung Luwi gempar.
Dugaan kerabat dan keluarga korban, Atikah berusaha mengugurkan kandungannya karena takut tidak diterima oleh suaminya, karena bulan Juli nanti, kontrak kerja Atikah sudah habis. Bahkan, ibu beranak 4 ini telah bekerja selama 3 tahun di rumah kediaman Rusli bin Rahman, di Lor 298 Firdaus Sungai Maras Tengah, Kajang, Selanggor, Malaysia. Selama bekerja, korban tidak pernah mengeluhkan perlakuan majikannya. Bahkan selalu menyanjung perhatian sang majikan yang teramat sayang kepadanya.
Yang lebih perih lagi, perusahaan yang memberangkatkan Atikah dan majikannya sama sekali tidak membantu biaya pemulangan jenazah. Bahkan sisa gaji Atikah yang hampir mencapai Rp10 juta belum diterima keluarganya. Ini yang membuat pihak keluarga kecewa terhadap pemerintah Indonesia.
ilustrasi |
Kali ini Surni. Surni binti Suro Ahmad adalah TKI yang telah bekerja di Arab Saudi selama tujuh tahun, tahun 2011 lalu melaporkan gajinya tidak dibayarkan oleh majikannya sebesar 30 ribu Real atau sekitar Rp72.037.482.
Peristiwa ini berawal ketika Surni melaporkan bahwa cek pembayaran sisa gajinya yang diterima melalui Nasir Muhammad Al Qohtoni (majikannya) di Arab Saudi ternyata cek kosong. Karena ini haknya, akhirnya Surni mengadukan permasalahannya kepada KJRI Jeddah dan Advokasi Perlindungan TKI dan HAM (APTKI & HAM). Akhirnya setelah didesak dan diancam akan dibawa ke meja hijau oleh pihak KJRI, maka Nasir Muhammad Al Qohtoni menyatakan akan membayar sisa gaji Sumi.
Maka, setelah menerima sisa gajinya, Surni pun berencana akan membuka warung usaha dan tidak akan mau lagi kembali menjadi TKI (www.pikiran-rakyat.com).
ilustrasi |
Kali ini pil sangat pahit menimpa Aas Astiyasari, TKI asal Cijeruk, Bogor, yang akhirnya mengalami gangguan jiwa.
Berita ini terjadi pada Maret 2011. Wartamerdeka.com menuliskan, bahwa Aas Astriyasari (23) ditemukan terlantar di negeri Jiran, Malaysia, oleh Pusat Perlindungan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang sedang melakukan kunjungan ke Malaysia. Aas ditemukan di Malaysia setelah sebelumnya bekerja di Brunai Darusallam selama tujuh bulan lebih. Saat ditemukan, Aas sedang berada di penampungan di Malaysia bersama 16 TKI asal Jawa Barat lainnya yang juga bermasalah. Naasnya, saat itu kondisi Aas sangat mengenaskan, bahkan telah mengalami gangguan jiwa.
Dari hasil penelusuran sementara, selama bekerja di Brunai, Aas mendapat siksaan selain tekanan psikis dari majikannya. Bukan hanya itu, gajinya pun tidak dibayar. Diperkirakan Aas tidak sanggup lagi berada di rumah majikannya itu sehingga melarikan diri sampai kemudian ditemukan di Malaysia.
Perempuan asal Cijeruk ini akhirnya dapat dipulangkan ke tanah air dan dirawat di RSJ Cimahi, Bandung. Diduga kuat, Aas adalah korban dari trafiking.
ilustrasi |
Masih di tahun yang sama, 2011, kembali terjadi derita TKI asal Bogor. Namanya, Nani Indrayati warga Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Menurut kalbar-online.com, Nani ditemukan warga di kawasan Pontianak Utara setelah dipulangkan dari Malaysia. Tetapi saat itu Nani dalam kondisi sakit. Perempuan malang ini pun segera dibawa ke RS Bhayangkara Polda Kalbar.
Saat di Kota Pontianak, ditemukan tas bawaan Nani yang berisi dokumen dan beberapa perhiasan emas Nani, seperti gelang, kalung, dan cincin emas. Selain itu juga terdapat uang tunai 31 Ringgit Malaysia, 1 Dolar Brunei, Rp922 ribu, dan tas berisi pakaian.
Selain bekerja di Malaysia, Nani diketahui pernah empat tahun bekerja di Arab Saudi, dua tahun di Australia, dan sejak 2009 lalu berangkat ke Malaysia. Di Miri, Sarawak, ia menjadi pembantu rumah tangga.
Empat hari di RS Bhayangkara lalu kemudian dirujuk ke RSUD Soedarso Pontianak. Terlihat lehernya sebelah kanan tampak membengkak. Namun, sesaat sebelum mengembuskan napas terakhir, perempuan ini tak berhenti mengerang menahan sakit. Pihak dokter berusaha menolong, dengan mencari 1.000 cc darah golongan O. Tapi sayang, setelah berhasil menemukan beberapa pendonor, Nani telah meninggal.
Sakit yang diderita Nani diduga akibat penganiayaan selama bekerja sebagai pelayan toko di Malaysia, sehingga melarikan diri (www.tempo.com). Karena menurut dokter yang memeriksa Nani, ditemukan sejumlah luka memar di leher dan kaki. Selain itu diketahui juga adanya pembengkakan hati akibat benturan benda tumpul.
Itulah sepengal derita TKI kita. Karena hanya ingin mengisi perut, harga diri mereka tidak dinilai sebagai manusia. Jika sudah terjadi seperti ini, apakah masih ada yang ingin menjadi TKI? (teg)
foto: dari beberapa sumber
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !