Seperti ingin mengikuti Santa Martha, Rio De Janeiro, Brasil, atau di Mumbai, India, yang menyulap kawasan kumuh menjadi objek wisata, Jakarta pun ada hidden tour.
Hal ini pernah ada di kawasan Jakarta. Dimana mewisatakan sisi lain realitas metropolitan Jakarta. Seperti, perkampungan reyot, gang becek, dan anak-anak yang menyantap makanan sisa dari limbah restoran dan rumah makan. Meski gagasan yang bawa oleh Slum Tourism ini mendapat sikat yang sinis dan pujian, tetapi ini katanya sebagai wujud kecintaan pada Jakarta yang inovatif. Bahkan, “Jakarta Hidden Tours” ternyata menarik perhatian media sehingga jaringan televisi berita terkemuka di Amerika, CNN.
Langkah itu merupakan bagian dari upaya pemberdayaan. Interkultur menginginkan tur itu tidak sekadar memperlihatkan kepada turis tentang sesuatu yang tidak biasa, tetapi dalam interaksi itu, ada pertemuan manusia dan kultur. Bahkan, seorang turis mengatakan, dirinya memperoleh sesuatu yang manusiawi, bukan sekadar pemandangan indah pegunungan dan pantai berpasir (m.koran-jakarta.com).
Para turis yang mengikuti Jakarta Hidden Tours diberi pilihan, apakah membawa kendaraan sendiri, sewaan, atau kendaraan yang disediakan Interkultur. Jika memilih paket yang disediakan Interkultur, mereka dikenakan biaya $34 AS. Seperdua pendapatan yang diperoleh digunakan sebagai biaya operasional, dan seperduanya menjadi bagian dari masyarakat permukiman kumuh yang menjadi objek wisata.
Adapun lokasi favorit meliputi Kampung Luar Batang (Jakarta Utara), pinggiran rel di Galur, Senen (Jakarta Pusat), Kampung Pulo, tepi Ciliwung (Jakarta Timur), dan juga Kampung Bandan dekat Kota Tua (Jakarta Barat).
Nah, berapa tarif wisata ini? Biayanya hanya Rp200 ribu sampai Rp500 per orang. Uang ini ternyata bukan hanya untuk si pembuat acara tetapi separuhnya untuk warga yang dikunjungi sebagai bantuan untuk meringankan beban ekonomi (sumeksminggu.com). (idon)
foto: beritadaerah.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !