Bogor Harus Memahami Potensi Wisata

Esty Reko Astuty 
Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif 

Mengembangkan, apalagi menjual potensi pariwisata nasional, tidaklah mudah. Disamping dibutuhkan strategi marketing juga sinergi. Lalu bagaimana dengan peta kekuatan dan nilai juga pariwisata Bogor? Berikut petikan wawancara khusus bogorgeulis.com dengan Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata, Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Esty Reko Astuty di ruang kerjanya beberapa hari yang lalu. 

Kesadaran masyarakat kita akan pariwisata masih rendah, tidak seperti di Bali. Bagaimana anda melihat hal ini? 
Untuk membangun kesadaran masyarakat tidaklah mudah. Termasuk di Bali sendiri hampir lima puluh tahunan untuk menghasilkan masyarakat yang sadar dan mendukung pariwisata. Jadi tidak tiba-tiba Bali menjadi destinasi pariwisata dunia seperti yang sekarang ini. 

Apakah kesadaran masyarakat Bali akan pariwisata sangat didukung oleh kultur yang mereka dimiliki? 
Memang tanpa bisa kita pungkiri, Bali memiliki budaya yang sangat kuat. Apalagi mereka lihat, budaya dan tradisi mereka ternyata yang menjadi daya tarik wisatawan sehingga dengan begitu mereka pertahankan. Karena di dalam tourism banyak hal yang bisa kita angkat, selain obyek, infrastruktur, SDM, hingga hospitality dan pelayanannnya. Nah, hospitality, keramah-tamahanlah yang menjadi kelebihan Indonesia dari pariwisata di negara lain. Karena seperti kita ketahui, sebenarnya kelebihan kita ada pada people. Namun hal itu tidak hanya pada masyarakat Bali, tetapi juga dapat kita lihat seperti pada masyarakat Yogyakarta atau Lombok dan daerah lainnya. 

Berarti peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat tinggi? 
Tidak semua masyarakat di daerah wisata yang siap dan sangat kooperatif dengan para tamu wisata. Mungkin berbeda dengan masyarakat Bali. Namun harus kita akui memang ada kultur yang seperti itu, seperti tidak biasa mensetting orang. Maka oleh karena itu peran masyarakat di dalam pengembangan pariwisata sangat penting. Artinya, konsep communities base development menjadi penting, karena betapun tujuan pariwisata adalah untuk mensejahterakan masyarakat dalam segi ekonomi dan lapangan kerja. Sehingga tidak terjadi gap. 

Tetapi melihat perkembangan jaman, Indonesia kultur juga semakin tergerus, padahal itu menjadi nilai jual tourism? 
Memang itu tidak dapat kita pungkiri adanya pengaruh-pengaruh luar yang membentuk suatu budaya. Akan tetapi itu juga menarik, sejauh hal itu memiliki kekhasan yang dapat ditawarkan. Seperti budaya di Jakarta, jika kita lihat itu juga sangat dipengaruhi oleh berbagai kultur. Kombinasi berbagai budaya. Tapi itu sungguh menarik. Bahkan yang lebih modern, seperti seni musik, bisa menjadi salah satu daya tarik turis. 

Menurut anda, apa kesulitan pemasaran pariwisata Indonesia? 
Kalau alasan klasiknya ya pasti budget. Seperti anggaran pemasaran pariwisata yang kita dapatkan tahun 2013 ini adalah Rp600 milyar. Dan itu dengan target 9 juta turis. Tetapi dengan budget yang ada kita harus mencapai suatu target pemasaran pariwisata, tentu dengan membuat strategi secara maksimal. Seperti saat ini kita sangat menggunakan IT sebagai alat marketing, karena sangat murah dan efisien. 

Ada strategi khusus untuk mencapai 9 juta turis? 
Kami sekarang mulai menggrade pasar untuk lebih terukur. Kita juga melakukan kerja sama dengan beberapa industri lokal yang telah memiliki pasar produk pariwisata dengan memberikan fasilitas. Seperti misalnya melakukan kerjasama dengan tour operator di Malaysia atau Singapura. Tentu itu harus kita lihat mereka dapat mendatangkan turis ke Indonesia berapa? Dengan demikian kita dapat mengukur angka turis yang akan datang ke Indonesia. Itu kita nilai hal itu investnya lebih efisien. Selain itu misalnya kita juga memanfaatkan follower para tokoh yang popular dan telah menjadi icon untuk membantu mempromosikan pariwisata kita. 

Nah, sekarang bagaimana dengan kualitas pariwisata di Bogor? 
Terus terang secara spesifik saya tidak memiliki data tentang Bogor, kemungkinan yang bisa menjawab ini adalah Dinas Pariwisata Bogor itu sendiri. Kita umumnya melihat dari data BPS, jika kedatangan pariwisata di Bogor adalah 70% yang datang lewat udara, selainnya lewat darat dan laut. Memang, jika kita lihat dari potensi pariwisata Bogor itu lebih banyak yang heritage dan eco. Nah, biasanya yang suka dengan potensi pariwisata ini adalah turis-turis dari Eropa. Apakah potensi pariwisata Bogor ini harus dipertahankan? Kalau memang potensinya seperti itu ya harus dipertahankan. Karena kita tidak bisa memaksa suatu daerah untuk merubah dan membentuk potensi baru. Misalnya, Bogor harus memiliki pantai. Itu tentu tidak bisa. Karena itu tergantung dengan kondisi alam yang dimiliki. Tetapi dengan memiliki potensi alam, berarti daerah itu memiliki karakter tersendiri. Namun itu semua juga harus dikemas secara menarik. Contohnya memberikan ulasan histories dari tempat-tempat wisata yang ada. Tentu ini akan lebih menarik bagi para pelancong. Karena saat ini orang-orang yang melakukan perjalanan wisata ingin mendapatkan experience. 

Menurut anda, apa kepadatan angkot bias menjadi kelemahan pariwisata Bogor? 
Memang ini menjadi persoalan tersendiri, karena Bogor tidak memiliki pintu masuk yang lain, seperti bandara udara. Bogor hanya dapat dimasuki lewat darat. Oleh karena itu, jika Bogor sangat tidak dapat mengatur lalu lintasnya, bisa menjadi penghambat pariwisatanya itu sendiri. 

Apa resepnya untuk dapat mengembangkan pariwisata Bogor ke tingkat lokal hingga mancanegara? 
Yang pertama jelas harus memahami potensi daerahnya. Setelah itu, harus dapat memahami potensi wisatanya layak dijual ke pasar yang mana. Ini harus difokuskan. Namun jangan lupa bahwa pasar domestik juga sangat potensial, jangan hanya membidik pasar luar. Namun itu tentu tugas ini bukan hanya milik Dinas Pariwisata saja tetapi juga harus bersinergi dengan dinas-dinas yang lain. Termasuk dukungan dari perbankan, hotel, tour operator. Semua harus bersama-sama untuk memikirkan perkembangan pariwisata Bogor ke depan.