Headlines News :
Home » » Dimensi Budaya Arsitentur Rumah Sunda

Dimensi Budaya Arsitentur Rumah Sunda

Written By Unknown on Tuesday 23 October 2012 | 22:20

Suku Sunda, atau disebut dengan Tatar Sunda atau juga Tanah Pasundan, merupakan salah satu suku yang sebagian besar penduduknya mendiami daerah Jawa Barat, dan bertetangga dengan beberapa suku seperti Banten, Cirebon, serta suku Badui. Keberadaan suku Sunda di daerah Jawa Barat hingga saat ini masih menjadi sebuah misteri bagi para peneliti. Hal ini disebabkan karena tidak adanya cerita-cerita yang dapat dijadikan sumber untuk mengungkap asal usul suku ini.

Namun demikian suku Sunda meninggalkan peninggalan sejarah yang mungkin hampir dilupakan oleh generasi saat ini, yaitu arsitektur rumah tradisional. Meski diserang oleh arsitektur modern, tapi dari sisi strukturnya arsitektur rumah tradisional suku Sunda yang tidak pernah mengalami perubahan.


Arsitektur Tradisional 

Secara umum rumah tradisional Sunda merupakan sebuah rumah panggung sama seperti rumah – rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Bentuk rumah panggung ini bertujuan untuk menghindari masalah-masalah dari lingkungan yang bisa mengancam penghuninya.

Dilihat berdasarkan bentuk atapnya, maka rumah tradisional Sunda terbagi atas beberapa ciri yang berbeda satu dengan yang lainnya:














Keterangan

1. Jolopong (sebutan untuk rumah dengan atap pelana yang betuknya memanjang)
2. Perahu Kumureb (sebutan untuk rumah dengan bentuk atap perisai “oleh masyarakat sunda, disebud
    perahu kumureb karena bentuk atap seperti perahu terbalik”).
3. Julang Ngapak (dikarenakan bentuk atapnya seperti sayap burung yang sedang terbang).
4. Badak Heuay (dikarenakan bentuk atapnya seperti seekor badak yang sedang membuka mulutnya).
5. Tagog Anjing (dikarenakan bentuk atapnya seperi seekor anjing yang sedang duduk).
6. Capit Gunting (dikarenakan bagian atas atapnya yang saling menyilang berbentuk gunting).



Pondasi 

Bentuk pondasi rumah tradisional Sunda mirip dengan pondasi umpak yang dipakai untuk rumah-rumah tradisional jaman sekarang. Perbedaan yang dapat dilihat dari pondasi rumah tradisional Sunda dengan pondasi umpak yang sering dipakai sekarang adalah bentuk pondasi yang unik, yaitu kolom bangunan hanya diletakkan di atas sebuah batu datar yang sudah terbentuk di alam. Tujuan pembuatan pondasi seperti ini adalah untuk menghindari keretakan atau pada kolom bangunan pada saat terjadi gempa, sedangkan bentuk lantai panggung bertujuan untuk memungkinkan sirkulasi udara dari bawah lantai dapat berjalan baik, sehingga kemungkinan terjadi kelembaban pada lantai bangunan dapat dihindari.


bentuk pondasi tradisional








Lantai

Lantai rumah tradisional Sunda terbuat dari pelupuh (bamboo yang sudah dibelah). Alasan pembuatan lantai dari pelupuh adalah yaitu agar udara yang melewati kolong rumah dapat masuk ke ruang-ruang. Selain itu dengan mengunakan lantai bambu, tingkat kelembaban di dalam rumah juga akan berkurang, mengingat ketinggian lantai rumah tradisional Sunda tidak seperti rumah tradisional lain pada umumnya yaitu berkisar antara 50-60 meter dari permukaan tanah.
Ket gambar: balok penahan lantai, hubungan struktur lantai, detaik struktur lantai, tinggi lantai dan muka tanah



Dinding, Pintu dan Jendela

Dinding, pintu, dan jendela memungkinkan udara dapat melewatinya. Dinding bangunan terbuat dari anyaman bambu yang dapat dilewati udara, jendela yang selalu terbuka dan hanya ditutupi kisi-kisi bambu maka udara dapat bebas masuk dalam ruangan, sehingga suhu didalam ruangan tidak panas.

Dinding yang ringan terbuat dari anyaman bambu yang dapat menyerap dan mencegah terjadinya panas akibat radiasi matahari sore hari. Selain itu material dinding yang terbuat dari anyaman bambu memungkinkan udara untuk masuk ke dalam rumah.
material dan konstruksi dinding


Selain itu ada juga pintu dan jendela yang mempunyai daun pintu dan daun jendela tunggal. Materialnya terbuat dari kisi-kisi bambu yang dapat ditembus oleh udara, hal ini membuat suasana di dalam rumah tetap nyaman.

jenis pintu dan jendela











Plafon

Plafon selain sebagai penghias langit-langit rumah juga berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan barang. Kerangka plafon terbuat dari susunan bambu bulat, dan di atasnya diletakan pelupuh sebagai bahan penutup plafon.
bentuk dan material plafon


















Atap

Atap sebagai mahkota dari sebuah bangunan mempunyai fungsi untuk melindungi penghuni yang berada di dalamnya. Atap dari rumah Sunda terbuat dari ijuk. Alasan pemilihan ijuk sebagai material atap karena ijuk merupakan material yang dapat menyerap panas dengan baik sehingga tidak menimbulkan suasana gerah di dalam rumah. Tritisan pada sisi depan rumah mempunyai panjang 2 meter. Hal ini membuat dinding bangunan tidak langsung terkena cahaya matahari sehingga dinding sebagai penyekat tidak panas dan ruang di dalamnya tetap dingin. Selain itu ada juga sisi yang disebut sebagai bidang atap terbuat dari anyaman bambu dan berfungsi sebagai ventilasi atap.
ket gambar: tritisan, bidang atap, bahan penutup atap, detail struktur atap


Letak dan Orientasi

Rumah tradisional sunda mempunyai tata letak yang sangat rapi hal ini merupakan pengaruh dari kepercayaan masyarakat bahwa rumah tidak boleh menghadap ke bumi (rumah) adat, dengan demikian orientasi dari rumah tradisional Sunda selau mengarah ke timur dan barat








Naskah ini sudah sedikit banyak diedit oleh redaksi
Diposkan oleh Frans Pelamonia pada f-pelamonia.blogspot.com
Foto: f-pelamonia.blogspot.com / kaskus.co.id
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bogor Geulis - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template