Mengarak Dongdang

Banyak cara untuk menyambut perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Biasanya, setiap daerah memiliki tradisi atau budaya masing-masing dalam menyambutnya. Tak ketinggalan Bogor dengan “Mengarak Dongdang”. 

Mengarak Dongdang memang diadakan untuk menyambut Maulid Nabi dan ini telah menjadi tradisi masyarakat Bogor setiap tahunnya. Bahkan, untuk melestarikan dan menyemarakkan acara, sering pula diadakan suatu festival dondang yang diikuti oleh setiap kecamatan, kelurahan, dinas-dinas, bahkan sekolah-sekolah di seluruh penjuru Kabupaten Bogor. 

Arakan dongdang biasanya dihias semenarik mungkin. Seperti dibentuk bangunan mesjid, istana, sepatu, tas, kapal laut, atau juga ada yang menyerupai hewan. Isi dongdang hasil bumi, kerajinan, dan makanan-makanan, seperti adanya sandal, padi, singkong, talas, pisang, cabai merah, sayuran, dan buah-buahan hasil panen lainnya. Semua dihias semenarik mungkin. 

Setelah semua sudah siap dan menarik, barulah dondang diarak oleh laki-laki yang dipandu dengan iringan shalawat. 

Arak-arakkan dondang juga diiringi harmonisasi musik lokal. Selain itu juga ada rengkong. Biasanya, pembawa rengkong berdiri paling depan. Mereka memainkan rengkong, pikulan padi hasil panen yang disambungkan dengan tali sehingga bila digoyangkan ke kiri dan ke kanan menghasilkan suara seperti papan reyot berbunyi kencang. Karena terdiri dari beberapa orang yang memainkannya maka suara khas muncul tak seperti suara yang biasa kita dengar di manapun. Disusul kemudian oleh para gadis yang membawa air dari sumur suci yang sebelumnya dibukakan jalannya oleh pemain angklung gubrag yang terdiri dari ibu-ibu berpakaian tradisional Sunda yang sedianya dipakai khusus untuk pria. 

Baru setelah itu semua selesai, adalah acara yang ditunggu-tunggu oleh setiap masyarakat atau pengunjung, yaitu memperebutkan isi dondang. Tak menunggu komando, ribuan warga biasanya langsung terlibat saling dorong dan saling injak demi mendapatkan paket makanan yang ada di dondang. 

Foto: galihdodollipedh.blogspot.com